Keindahan alam merupakan anugerah bagi makhluk hidup di dunia. Puisi tentang alam 2 bait menjadi contoh dari apresiasi masyarakat terhadap nikmat Tuhan berupa alam. Keberadaannya tak terbatas dan berperan penting dalam kehidupan bermasyarakat.
Puisi menjadi salah satu cara untuk mengekspresikan berbagai emosi manusia. Topiknya pun sangat beragam dan dapat menghasilkan dipersepsikan secara berbeda oleh pembacanya. Tidak heran saat ini puisi yang beredar di penjuru dunia sangat kreatif dan adaptif.
Baca Juga:
- Kumpulan Contoh Puisi Ulang Tahun untuk Diri Sendiri, Orang Tua, Sahabat, dan Pasangan
- Kumpulan Puisi Tentang Lingkungan dengan Berbagai Tema
- Contoh Pantun Tentang Ekosistem
- Kumpulan Puisi Guru Sedih Bikin Nangis, Perpisahan, Hari Guru, Bahasa Inggris
Apa yang Dimaksud dengan Puisi?
Mendengar kata puisi, beberapa orang masih menyamakannya dengan pantun, padahal keduanya berbeda. Puisi tidak diatur oleh pakem yang ketat seperti pantun, namun tetap mampu mengeluarkan “rasa” yang menggugah benak pembaca.
Puisi merupakan karya sastra berisikan tanggapan hingga pikiran penyair tentang berbagai hal. Dari sinilah hadir susunan bahasa yang apik dengan struktur khas dari masing-masing penyair yang dapat dipersepsikan secara berbeda.
Puisi memuat empat struktur utama yang menjadi karakteristiknya. Dimulai dari rasa, tema, amanat, hingga nada. Dari susunan tulisan ini dapat tercipta karya puisi dengan berbagai tema. Contoh tema yang sering kali dilantunkan ke dalam bentuk puisi adalah seputar lingkungan alam.
Contoh Puisi Tentang Alam 2 Bait
Bumi menyimpan kemegahan alam yang beragam. Banyak diantaranya belum terjamah masyarakat, hingga yang kenyamanannya berkurang karena terlalu banyak didatangi manusia. Berikut berbagai contoh puisi bertemakan alam dengan beragam nuansa emosi:
Puisi Seputar Kehidupan Anak di Dekat Pantai
Pantai termasuk pemandangan yang cukup banyak ditemukan di Indonesia. Namun tak semua orang dapat mengaksesnya dengan mudah. Beberapa di antaranya mendapat keistimewaan untuk bisa melihatnya setiap hari, seperti dalam puisi berikut:
Pantai Seberang Rumah
Pandangan dari balik jendela tak pernah sehangat ini
Barangkali mereka bertanya kenapa aku begitu betah mengurung diri di rumah
Aku tak merasa dikurung, ujarkuBagaimana bisa merasa terkurung padahal aku tenggelam dalam keindahan surgawi
Tak cukup satu dua kata ungkapkan kecamuk rindu
Berkelebat setiap kali aku meninggalkan rumah
Tahukah kalian bahwa rumah yang berdekatan dengan pantai begitu menyejukkan hati?
Menonton pergerakan alam hanya dari jendela rumah, tanpa diganggu siapa pun
Puisi tersebut menggambarkan seseorang yang begitu menyukai berada di rumah karena pemandangan alam yang terhampar di depan matanya. Meski orang lain bertanya apakah ia tidak merasa terkurung, namun tidak demikian kenyataannya. Justru dirinya bersyukur dapat melihat pantai hingga puas setiap harinya.
Puisi Tentang Larangan
Papan larangan cukup banyak ditemukan di area umum. Terlebih jika sering terjadi perbuatan orang-orang yang merusak lingkungan tersebut. Seperti yang digambarkan dalam puisi berikut ini:
Papan Dilarang Buang Air Besar
Baru-baru ini sebuah papan peringatan di sebuah sungai menarik perhatianku
Tulisannya, dilarang buang air besar di sini
Bertanyalah anakku pada ayahnya
Yah, memangnya ada orang yang buang kotoran di sini? Demikian ujarnya polos
Ayahnya kemudian menghela nafas sambil berucap lembut
Banyak sekali orang yang tidak lagi peduli dengan lingkungan sekitarnya
Sementara ia bicara, pikiranku berkelana
Lantas bagaimana dengan mereka yang tak memiliki tempat layak untuk sekedar buang air?
Dalam puisi tentang alam 2 bait ini tergambar keresahan seorang ibu. Banyak orang sembarangan membuang kotoran di sungai, sehingga menimbulkan kerugian. Meski begitu, ibu tersebut juga merasa bimbang memikirkan nasib golongan tertentu yang tidak memiliki pilihan selain membuang kotoran di sungai karena kemiskinan.
Puisi Seputar Puncak Gunung
Indonesia dikenal akan kekayaan serta keindahan alamnya, termasuk gunung. Sebagian orang memiliki kemampuan untuk mendaki gunung hingga puncak tertinggi. Hingga terjadilah perenungan seperti puisi ini:
Gunung Sejuta Mimpi
Semuanya terlihat kecil, bila melihat dari puncak gunung ini
Mungkin begitu pula kita sebagai manusia yang seringkali larut dalam masalah
Meragukan bahwa kita adalah manusia yang diciptakan dengan daya untuk memilih
Jangan lupa bahwa kita lebih besar daripada masalah itu sendiri
Dan pada angin berlalu sepoi-sepoi di gunung ini aku teringat
Pada ketenangan yang begitu langka di zaman yang serba cepat dan modern
Mungkin gunung ibarat oase di tengah gersangnya padang pasir
Menghadirkan ketenangan, kesempatan untuk bernafas lega dan sepenuhnya menikmati apa yang ditawarkan semesta
Puisi tentang alam 2 bait tersebut menceritakan seseorang yang sedang berada di puncak pendakiannya ke gunung. Dari tempatnya berdiri tersebut ia menyadari bahwa semua terlihat kecil dari atas. Sama seperti manusia yang sebenarnya lebih besar dibandingkan semua masalahnya.
Dari perasaan tersebut timbul rasa tenang yang membuatnya menyadari berbagai hal tentang dirinya. Menjauhkan diri dari keramaian kota untuk sesaat dan menikmati sungguh-sungguh betapa menakjubkannya alam. Sambil mensyukuri dan menyegarkan kembali kejernihan pikirannya.
Puisi Mengenai Kehadiran Alam
Semua hal yang bisa diraih dengan mudah seringkali lupa untuk disyukuri, contohnya saja alam. Padahal alam pun bisa mengalami kerusakan dan suatu hari akan hilang. Puisi kali ini mengajak pembacanya untuk lebih menghargai alam:
Kembali Pada yang Memiliki
Mungkin segala yang disuguhkan oleh alam kerap kali terabaikan
Seperti kita, terlampau sering menundukkan kepala memandang layar ponsel
Namun ada yang tidak hilang meski kita abaikan sedemikian rupa
Mereka adalah pepohonan, angin, kicau burung, awan yang berganti-ganti rupa
Bila sejenak kau letakkan segala yang membuat kepala lebih berat dari seharusnya
Cukuplah dengan menatap alam sekitar sambil menghirup nafas panjang
Seperti halnya kita, alam pun akan hengkang
Pamit tanpa kita sadari, kembali pada tanah tempatnya berpijak
Dalam puisi tentang alam 2 bait ini terdapat pemikiran seseorang yang menyadari bahwa dirinya lama tidak memperhatikan alam sekitar. Banyak orang termasuk dirinya sibuk dengan dunia yang bergerak cepat. Padahal setiap harinya alam menyuguhkan sesuatu yang terjadi beriringan.
Baik indera penglihatan, pendengaran, hingga penciuman semua dapat merasakan alam. Orang dalam puisi ini mencoba mengingatkan bahwa alam pun akan rusak. Setelah itu terjadi barulah manusia menyadari betapa alam selama ini terabaikan.
Puisi Tentang Kedukaan
Rasa sedih terkait kerusakan alam kerap kali tidak terdengar. Untuk itu, puisi bisa menjadi media untuk mengekspresikan perasaan tersebut. Berikut contoh puisi yang menggambarkan kesedihan hati seseorang akan rusaknya alam sekitar:
Terbakar Bersama Hatiku
Kemarin aku mendengar beberapa pria berujar
Hutan kita terbakar, harus apa?
Aku belum tahu banyak pada saat itu
Tapi hutan tempat kami berkejaran, memetik buah, melewati rintangan sedang terluka
Hatiku serasa ikut terbakar
Bersama runtuhnya dedaunan dan batang-batang pohon yang menjadi gelap
Hewan-hewan berlarian mencari ruang aman
Ah Tuhan, bolehkah turunkan hujan air mata?
Ini adalah puisi tentang alam 2 bait yang menggambarkan kesedihan seorang anak yang tinggal di daerah yang dekat dengan hutan. Ia biasa menghabiskan waktu dengan teman-teman serta keluarga di area hutan yang sudah cukup dikenalnya tersebut.
Namun, suatu hari malapetaka terjadi karena hutannya terbakar dan sulit untuk dipadamkan. Hal ini membuat perasaan anak tersebut terluka hingga serasa ikut terbakar bersama hutan kesayangannya.
Itulah contoh-contoh puisi tentang alam 2 bait. Meski semuanya berkaitan dengan alam, emosi yang tergambar dalam setiap puisi cukup beragam. Puisi dapat menjadi media yang tepat untuk menyalurkan kreatifitas sekaligus perasaan penulisnya.